Pasar otomotif Indonesia tengah diramaikan dengan kehadiran berbagai jenis mobil listrik (EV). Pemerintah pun aktif memberikan insentif untuk mendorong adopsi kendaraan ramah lingkungan ini. Namun, di tengah gempuran EV, penjualan mobil konvensional (berbahan bakar bensin dan diesel) justru menunjukkan tren yang kurang menggembirakan. Pertanyaannya, mampukah popularitas mobil listrik ini menjadi angin segar yang menyelamatkan penjualan mobil secara keseluruhan, ataukah keduanya berjalan di jalur yang berbeda tanpa saling menolong? Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) yang dirilis di Jakarta pada hari Rabu, 7 Mei 2025, memperlihatkan peningkatan signifikan dalam penjualan listrik, namun secara total, angka penjualan seluruh jenis mobil belum menunjukkan pemulihan yang substansial.
Salah satu alasan mengapa peningkatan penjualan mobil listrik belum mampu mendongkrak total penjualan mobil adalah pangsa pasar EV yang masih relatif kecil dibandingkan dengan mobil konvensional. Meskipun tumbuh pesat, jumlah unit mobil listrik yang terjual masih jauh di bawah volume penjualan mobil bensin dan diesel. Faktor harga yang masih tinggi dan infrastruktur pengisian daya yang belum merata menjadi beberapa kendala yang membuat konsumen masih memilih mobil konvensional. Survei yang dilakukan oleh sebuah platform otomotif daring pada bulan April 2025 menunjukkan bahwa 70% responden masih mempertimbangkan mobil konvensional sebagai pilihan utama karena harga dan kemudahan penggunaan.
Di sisi lain, penurunan target mobil konvensional dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi ekonomi yang belum stabil, suku bunga kredit yang tinggi, dan sentimen konsumen yang cenderung menahan pengeluaran besar. Meskipun ada beberapa model baru yang diluncurkan, daya tarik mobil konvensional tampaknya mulai menurun seiring dengan meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan dan potensi penghematan biaya operasional mobil listrik. Seorang analis pasar otomotif dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Budi, dalam sebuah webinar pada tanggal 6 Mei 2025, menyatakan bahwa pasar mobil Indonesia sedang berada dalam masa transisi.
Lalu, bagaimana prospek penjualan mobil ke depannya? Kemungkinan besar, pasar otomotif Indonesia akan semakin terfragmentasi. Mobil listrik akan terus tumbuh pangsa pasarnya, terutama di kalangan konsumen perkotaan yang memiliki akses ke infrastruktur pengisian daya dan lebih peduli pada isu lingkungan. Sementara itu, penjualan mobil konvensional diperkirakan akan terus menurun secara bertahap, kecuali ada inovasi teknologi signifikan yang membuatnya lebih efisien dan ramah lingkungan, atau penurunan harga yang drastis. Pemerintah dan pelaku industri perlu merancang strategi yang tepat untuk mengelola transisi ini agar pasar otomotif Indonesia tetap tumbuh secara berkelanjutan.
Kesimpulannya, meskipun mobil listrik membanjiri Indonesia dan menunjukkan tren penjualan mobil yang positif, hal ini belum serta merta mampu menyelamatkan penjualan mobil konvensional yang sedang terpuruk. Pasar otomotif Indonesia sedang berada dalam fase perubahan, dan dibutuhkan waktu serta upaya yang lebih besar agar penetrasi mobil listrik dapat memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan total penjualan mobil secara nasional.